Wednesday, October 10, 2012

Buku Biografi yang Marak Saat Ini



(Gambar Karikatur: Buku Biografi “Best Seller” dikutip dari Mice Cartoon edisi Kompas Minggu 16 September 2012.)

Melihat gambar karikatur ini, saya jadi teringat cover buku Biografi seorang pengusaha terkemuka yang belum lama ini meluncurkan buku tentang dirinya bertepatan dengan perayaan hari lahirnya yang ke-50 tahun.
Namun sentilan itu bukan tentang bapak berusia emas dengan sentuhan emas di dunia bisnis tersebut. Akan tetapi memotret realitas secara mengena jika Anda rutin mengunjungi toko buku  dimana seri Biografi ini lumayan banyak mengisi rak-rak buku pilihan.

Soal pasar, saya pribadi tidak menemukan data pendukung tentang angka penjualan. Namun memang buku Biografi ini umumnya terpajang membentuk gunungan di area “Buku Baru” atau “Best Seller”.

Pemikiran awam saya berkesimpulan memang Buku Biografi ini ada pasarnya. Pertama seperti yang disentil oleh kartunis, tokoh yang ditulis adalah orang terkemuka, mulai dari pejabat, pengusaha, atau eksekutif perusahaan papan atas, dengan memiliki berbagai kepentingan dan alasan menerbitkan buku. Misalnya berbagi pengalaman kehidupan, membuka tips sukses membangun usaha, atau portofolio diri. Saya bayangkan jika bertemu orang beken tokoh biografi tersebut, maka sebelum pulang akan mendapat ‘oleh-oleh’ sebuah buku biografi lengkap dengan tandatangan dirinya.

Sang tokoh buku Biografi juga tidak perlu susah-susah meluangkan waktunya yang padat seperti yang terjadi jika membuat buku Otobiografi. Buku-buku genre biografi ini menciptakan peluang penghasilan seorang ghostwriter dan entahlah kalau boleh jujur saya rasa penerbit tidak rugi-rugi banget untuk mencetak buku semacam ini. Karena tokoh biografi dengan posisinya sebagai orang sukses tentu punya dana sendiri untuk membiayai ongkos produksi, termasuk membeli buku tersebut untuk kepentingan portofolio diri.

Secara terpisah saya menemukan berita terkait tentang buku biografi di surat kabar pada hari yang berbeda. Budayawan Eka Budianta pada bincang-bincang “Berbagi Pengalaman Menulis Biografi” yang diselenggarakan oleh Penerbit Buku Kompas Kamis (13/9) di Jakarta,  mengatakan esensi penulisan buku biografi adalah meningkatkan kualitas manusia melalui tokoh yang ditulis. “Pembaca bisa mendapat pesan bermutu baik dari sosok yang dikenal jahat sekalipun, seperti Rahwana atau Dasamuka dalam wayang,” demikian kata Eka seperti dikutip dari harian Kompas Jumat 14 September 2012 pada berita “Biografi Tingkatkan  Kualitas Manusia”.

Namun laris tidaknya buku, menurut Eka, tidak berkait langsung dengan kualitas dan isi pesan yang disampaikan.

Sementara Ana Nadhya Abrar, dosen komunikasi UGM, menegaskan sebuah biografi hendaknya menginspirasi pembaca, ada kepentingan publik dimana tidak hanya kepentingan tokoh yang ditulis. “Ada kebenaran fakta yang disampaikan dan berkisahlah secara etis,” ujarnya.

Selain itu sejarawan Asvi Warman Adam yang juga turut menjadi pembicara pada diskusi tersebut setuju dengan pernyataan Eka Budianta agar biografi memasukkan unsur sastra dalam penulisan, tetapi jangan sampai mengubah fakta-fakt yang ada. Karena Biografi juga bisa menjadi sumber sejarah, dan bertujuan perbaikan kualitas hidup. “Biografi ideal adalah yang disampaikan apa adanya dan lengkap. Seperti biografi Diponegoro dan Tan Malaka sebagai contoh biografi komprehensif karena penulis menulisnya sepanjang hidup,” ujar Asvi.
 
Referensi tulisan:
-          Kompas Jumat, 14 September 2012 “Biografi Tingkatkan Kualitas Manusia” halaman 12.
-          Kompas Minggu, 16 September 2012.