Penulis : Prita H. Ghozie, SE, MCom, CFP
Halaman : 320 halaman
Penerbit : PT Elex Media Komputindo – Jakarta (2010)
Seiring era modern yang memungkinkan wanita memiliki profesi dan bekerja di perusahaan, kini mereka punya uang sendiri dan berhak membelanjakan uang tersebut sesuka hati.
Tapi kelebihan ini kalau tidak dibarengi pengetahuan finansial, membuat wanita terjebak dalam pola hidup konsumtif dan utang. Rayuan belanja dan tampil gaya memang menjadi ”kelemahan” wanita karena sudah menjadi naluri dasar seorang perempuan ingin tampil cantik dan menarik.
Perencana keuangan Prita H. Ghozie mengatakan tradisi masyarakat, khususnya negara timur, secara tidak sadar mengarahkan anak perempuan menjadi pembelanja. Contohnya: menemani ibu ke pasar atau arisan.
Padahal kondisi tubuh manusia akan berubah seiring bertambahnya usia. Harus kita sadari ada usia produktif (mencari uang) dan usia pensiun (saat menikmati hasil investasi dari uang yang dikumpulkan saat usia produktif). Selain itu harus sadar bahwa perempuan memiliki harapan hidup lebih panjang daripada pria.
Prita mengatakan untuk cantik, tidak hanya fisik. Kondisi keuangan pun akan mempengaruhi ’kesejahteraan’ Anda untuk senantiasa tampil cantik. Dia memaparkan ’resep cantik’ yang terdiri dari 9 bab. Intinya supaya wanita modern selain mampu menghasilkan uang, juga handal dalam mengelola keuangan, lepas dari jerat utang, mengetahui investasi keuangan tanpa mengorbankan kebahagiaan pribadi maupun keluarga.
Buku perencanaan keuangan pribadi belakangan ini banyak Anda temukan di toko buku.
Namun buku ini menjadi menarik karena perencanaan keuangan ini ditujukan khusus kepada wanita. Selain itu buku setebal 320 halaman ini ditulis oleh perempuan Indonesia sehingga terasa lebih sesuai dengan masalah yang dihadapi masyarakat disini sehingga tulisan berwacana lokal.
Prita memaparkan dalam bahasa sederhana, meski kadang terjebak dalam bahasa lisan, seolah berdialog langsung dengan pembaca, namun pemaparan cukup gampang dicerna dan mengalir. Ia menggunakan contoh-contoh kasus dan mengutip beberapa pertanyaan yang pernah mampir ke rubrik konsultasi keuangan yang dia kelola di tabloid Wanita Indonesia.
Kertas kerja untuk pengisian daftar kekayaan bersih, arus kas, atau pendapatan yang kita inginkan kontra realitas (maunya versus kenyataan) cukup menampar saya sebagai pembaca untuk berani menghitung pendapatan, pengeluaran, utang, kemudian berpikir tentang tabungan masa depan dan perencanaan keuangan pribadi.
Sayang, hingga buku ini habis rasanya contoh kasus kebanyakan seputar wanita dengan gaji Rp 5 juta ke keatas, gandrung spa atau tahu tas bermerek premium.
Padahal saya yakin banyak wanita pekerja di Indonesia punya pendapatan sebesar Upah Minimum Regional dan bergelut di masalah yang sama: jeratan sale dan belanja konsumtif, namun ingin cerdas mengolah penghasilan yang berkejaran dengan angka inflasi, sekaligus sejahtera meski telah pensiun.
Sebagai patokan, Upah Minimum Regional (UMR) DKI Jakarta pada 2009 sebesar Rp 1.069.865,00 per bulan.
Jangan sampai ketika buku ini di tangan pembaca membuat orang berpikir ke mitos keuangan lama, ”Menabung atau menyiapkan dana masa depan bakal lebih mudah kalau penghasilan besar.” Padahal justru stigma ini yang perlu dihapus dalam perencanaan keuangan pribadi atau keluarga.
Terlepas dari kritik diatas, buku ini cukup menarik dibaca untuk menjadi satu referensi bagi kaum perempuan. Mulai dari wanita lulus kuliah yang baru terjun ke ke dunia kerja serta memperoleh penghasilan, single ladies yang ingin punya hari tua nyaman dan mapan, atau ibu rumah tangga pengatur keuangan keluarga. (*)