Penerjemah
: Lulu Fitri Rahman
Halaman : 534 halaman
Penerbit : Relung Books – Jakarta (Cetakan I : Januari
2009)
Bagi penonton film Wall-e tentu ingat bahwa bumi di masa
depan bakal penuh sampah tak dapat diperbaharui. Sampah-sampah itu berupa
logam, benda elektronik yang tak dapat didaur ulang.
Akhirnya bumi penuh dengan sampah, tanah tak lagi subur,
dan manusia pun pindah bermukim di angkasa raya. Tinggallah Wall-e di bumi
mengurus sampah-sampah itu. hiburannya hanya menonton film drama klasik dari
televisi bobrok.
Ketika menyimak buku Un Lun Dun, bisa jadi pembaca yang
sudah menonton film Wall-e bakal teringat film itu. Bukan karena jalan cerita
yang nyaris sama, melainkan tentang apa yang terjadi dengan sampah-sampah
barang kita yang tak diperbaharui.
Kemana perginya baju bekas, payung rusak, mesin tik, hingga
mobil rongsok ketika kita tak menggunakannya lagi?
Un Lun Dun adalah kota paralel dengan kota London dimana
barang-barang tak terpakai pindah dan menjadi makhluk bernyawa. Barang-barang
bekas pakai menjadi makhluk hidup di dunia lain.
Kota paralel ini disebut abkota. Sampah-sampah tak
terbaharui merembes ke kota UnLondon, membentuk komunitasnya masing-masing.
Sehingga ada pasukan payung, mesin tik, atau komputer bekas. Termasuk kuburan
bersama roh-roh gentayangan (hantu).
Di kota ini, bis merah double decker khas Inggris bisa terbang. Dilengkapi kondektur bis
yang tugasnya sebagai penagih tiket tak terpakai lagi dalam transportasi bis
kota modern.
Ada hutan tersembunyi dalam rumah, jerapah karnivora yang
memangsa bak hiena lapar, dan sebentuk awan gelap bermimpi membakar dunia.
Awan gelap atau Smog ini adalah musuh yang bakal
menghancurkan sekaligus menguasai UnLondon. Tak Cuma itu, Smog juga berusaha menghimpun
kekuatan untuk menguasai dunia.
Penghuni UnLondon menaruh harapan pada kehadiran seorang
pahlawan, yang sudah jauh-jauh hari diramalkan dan tertulis di dalam buku yang
dapat bicara. Pahlawan disebut Shwazzy atau ”Yang Terpilih” adalah manusia yang
bakal menghancurkan Smog.
Akhirnya suatu hari Zanna, bersama temannya Deeba,
menemukan pintu masuk rahasia ke kota aneh itu. Gadis jangkung berusia 12 tahun
dan pirang seperti diramalkan sebagai Shwazzy (yang terpilih), namun ternyata
ramalan kuno tidak terbukti.
Zanna justru tak berdaya melawan Smog, awan gelap yang
ingin menguasai Un Lun Dun dan seluruh dunia, dan kembali ke kota London dalam
kondisi sekarat.
Tema lingkungan memang menjadi isu hangat saat ini. Smog
atau asap kabut merupakan hasil pembakaran batu bara dan pabrik-pabrik di era
industrialisasi Inggris. Smog
tersingkir dari kota London ketika disahkan undang-undang yang
membahas masalah asap atau Clean Air Act pada 1956.
Smog menghimpun kekuatan di abkota. Ia menghirup asap
bakaran cerobong pabrik, mempelajari ilmu pengetahuan melalui buku-buku yang
dibakar. Dan ternyata, ada konspirasi antara Menteri Lingkungan Hidup Elizabeth
Rawley dari London, yang mengirimkan asap ke UnLondon dan menjadi sumber
makanan bagi Smog.
Rawley ingin menunjukkan kinerja bagus dan berambisi
menjadi Perdana Menteri Inggris.
Dalam jalinan cerita terungkap pula pengkhianat di dalam
peperangan. Seseorang yang bersekutu justru di lain waktu berbalik demi
keselamatan pribadi. Konspirasi dan musuh dalam selimut juga menjadi cara
mendapatkan kekuasaan.
Novel fiksi yang sesuai bagi pembaca remaja ini juga seolah menyindir ketakutan Inggris akan
teroris pasca tragedi 911. Dikisahkan Deeba yang kembali ke UnLondon, dikejar
polisi dan asisten Rawley. Hamba hukum suruhan Rawley itu menjerat Deeba dengan
pasal yang tercantum dalam Undang-Undang Terorisme yang dibuat pada 2000. karena
Deeba meneror asisten Rawley Murgatroyd, membuatnya gugup dan perlu upaya paksa
penahanan.
Cerita ini pun mengajarkan kita bahwa ramalan belum tentu
benar. Jangan pasrah terhadap ramalan, karena kesuksesan mengalahkan Smog
berkat kecerdasan berpikir, semangat pantang menyerah dan kekompakan.
Daya khayal pembaca terbawa bersama karakter-karakter
unik di dunia UnLondon. Sebagai tambahan informasi, China Miéville adalah penulis
pemenang British Fantasy Award sebanyak dua kali sehingga
tak heran novel kelimanya ini kaya imajinasi.
Yang membuat tidak nyaman, ketidak konsistenan penulisan
kota. Lihat saja, ada perbedaan huruf dalam penulisan judul (Un Lun Dun) yang
sudah pasti merujuk pada kota UnLondon. (*)
No comments:
Post a Comment