Saturday, September 9, 2023

The Cat Who Saved Books (Kucing Penyelamat Buku)

by: Sosuke Natsukawa 


Bahasa Indonesia

Halaman: 200 hlm; 20 cm

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2023  

Sampul: soft cover

ISBN: 978-602-06-7165-9


Mari berpetualang bersama Rintaro Natsuki dan kucing belang tiga Tiger menyelamatkan buku. 


Jujur, saya belum terlalu akrab dengan karya penulis Jepang. Hanya beberapa buku sudah kubaca seperti Kafka on the Shore karya Haruki Murakami, The Tokyo Zodiac Murders (Pembunuhan Zodiak Tokyo) dari Shimada Soji, dan “Kucing Penyelamat Buku” dari Sosuke Natsukawa ini merupakan karya ketiga dari penulis Negeri Matahari Terbit yang sudah kubaca. 


Saya bisa mengatakan ketiga penulis menawarkan alur cerita yang absurd, fantasi tapi akhirnya ketika mengakhiri bacaan, saya membatin, “Kok bisa berimajinasi seliar itu?”. 


Rintaro Natsuki hendak menutup toko buku bekas yang diwarisi dari almarhum kakeknya. Tapi kemudian muncul seekor kucing entah dari mana, Kucing bernama Tiger ini mengajaknya untuk menyelamatkan buku-buku yang kesepian dan tidak dicintai. Buku-buku ini perlu dibebaskan dari para pemiliknya yang tak peduli. 


Maka dimulailah petualangan Rintaro dan Tiger ke dalam labirin-labirin aneh untuk membebaskan buku-buku. Mereka berjumpa bermacam-macam orang dalam perjalanan itu: pada petualangan pertama, mereka bertemu dengan pria yang membiarkan buku-bukunya mati di rak; kemudian pada petualangan kedua bertemu dengan penyiksa buku yang memotong halaman-halaman buku supaya orang bisa membaca cepat; sementara pada petualangan ketiga sebagai yang terakhir, mereka bertemu penerbit yang hanya mau menerbitkan buku-buku laris. 


Semua petualangan berhasil dilalui Rintaro dan Tiger. Di dunia labirin, Rintaro yang mengakui diri sebagai hikikomori, malah menemukan jati diri atau kepercayaan diri bahwa dirinya memiliki keistimewaan.

Namun tiba-tiba muncul tantangan yang paling berat, hanya orang-orang yang paling berani sanggup masuk ke dalam dunia di dalam labirin terakhir. 


Book Lover Bercermin Diri 

Sosuke Natsukawa melalui tokoh yang ditemui Rintaro di labirin, menurutku, merupakan cara cerdas dan tersirat untuk mengkritisi pecinta buku secara cerdas. Misalkan saja di tokoh pertama, adalah tokoh terkenal di layar TV, yang dengan mudah membeli buku yang dia mau. 


Namun, tokoh pria di petualangan pertama ini memanfaatkan buku untuk gengsi. Sebagai seorang yang banyak merilis makalah dan artikel, menargetkan diri membaca buku sebanyak 100 buku per bulan. Lalu, buku-buku miliknya menjadi koleksi indah di rak. Tergembok rapat. 


Jika kita biasa mendengar kalimat bahwa “Buku adalah jendela dunia”, maka kita bakal makjleb membaca paragraf ini (halaman 45): “Tidak benar bahwa semakin banyak kau membaca, semakin banyak kau melihat dunia. Seberapa banyak pun pengetahuan yang kau jejalkan ke dalam kepalamu, kalau kau tidak menggunakan otakmu sendiri untuk berpikir, berjalan dengan kakimu sendiri, pengetahuan yang kauperoleh akan selalu hampa dan sekadar pinjaman.”


Source: Trnava University

Jika kurang makjleb, mari lanjut ke kutipan berikutnya: 

“Buku tidak bisa menggantikanmu menjalankan hidupmu. Pembaca yang lupa berjalan dengan kakinya sendiri bisa diibaratkan sebuah ensiklopedia, kepalanya penuh dengan informasi yang sudah ketinggalan zaman. Kalau tidak ada orang lain yang membukanya, maka dia hanyalah barang antik tak berguna.”


Lalu pada petualangan kedua, jadi ingat bahwa kita sering mendengar teknik membaca cepat? atau kita kadang ketimbang mencari bukunya di perpustakaan atau toko buku bekas, lebih baik membuka peramban dan menggunakan judul buku sebagai kata kunci, untuk segera menemukan sinopsis dan informasi singkat seputar buku. Voila! dan kita pun sudah merasa paham atas isi buku tersebut. 


Padahal, menurut Rintaro berdasarkan diskusi dengan kakeknya, membaca buku seperti mendaki gunung. Pada perjalanan mencapai puncak, kita perlu menikmati setiap langkah, ini artinya juga memperoleh dan memahami makna yang tertuang dalam buku. 


Setiap petualangan mengasah Rintaro menjadi pribadi yang lebih menonjol. Di dalam buku ini juga menyelipkan kisah cinta remaja SMA. 


Hanya butuh 2 hari untuk menamatkan buku setebal 200 halaman ini. Bacaan ringan untuk diselipkan pula di tas, baca di ruang tunggu dokter, terjemahan bahasa Indonesia pun enak dibaca, dan ide cerita out of the box yang ditawarkan penulis Jepang kembali menyihir saya. Nah, teman blogger, ada yang bisa kasih rekomendasi buku penulis Jepang buat bacaan #Enskibook berikutnya? 


(*)


No comments:

Post a Comment