Penulis: Jeong Seon Yong (Jeong Story)
Buku Financial - Edisi Bahasa Indonesia
Jumlah halaman: xv + 286 halaman
Format: Soft cover
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-602-06-6214-5
Deskripsi:
Bagi Penggemar buku finansial tentu
sudah akrab dengan Rich Dad Poor Dad dari Robert T.
Kiyosaki, yang cukup memberi inspirasi kita untuk melek finansial sejak dini
dan mengajarkan kita apa yang harus kita lakukan ataupun mengajarkan anak kita
tentang uang agar mereka memiliki masa depan keuangan yang sukses.
Sehingga ketika diriku memegang buku Nak, Belajarlah Soal Uang Pelajaran tentang Uang dari seorang ayah kaya
Korea, saya tentu penasaran nasihat
finansial versi Appa (sebutan “Ayah” dalam bahasa Korea) dari negeri
Ginseng.
Jeong Seon Yong meyakini bahwa tanah
dan properti merupakan aset yang kuat untuk menjadi portofolio investasi. Aset
yang memiliki batang yang kuat dan tahan goncangan, demikian kata Appa
Seon Yong tentang properti.
Hal ini tidak lepas dari data bahwa
Korea Selatan memiliki tingkat kepadatan penduduk nomor satu di dunia, dengan
tingkat urbanisasi sebesar 82%, kepadatan penduduk nomor satu terpusat di kota
metropolitan. Ditambah lagi tingkat persebaran rumah tangga yang pesat.
Nasehat keuangan yang kedua
dari appa Seon Yong adalah menjadi pemilik usaha sendiri karena ini
berarti memiliki pekerjaan yang aman dan tidak perlu khawatir dipecat. Ada
sebuah petuah indah tentang menjalankan bisnis, yaitu “Sesuatu yang luar
biasa terdapat pada roti yang dibasahi air mata dan sampanye yang dipenuhi air
mata.” Singkatnya bahwa untuk sukses dalam bisnis maka bisnis pertama harus
dilakukan secara mandiri dari tingkat dasar.
Namun appa Seon Yong
mengaitkan membangun bisnis dengan empat fase usia pemahaman tentang uang.
Fase pertama, menurutnya, masa kanak-kanak adalah masa pemahaman penggunaan
uang. Tahap ini terjadi sebelum seseorang memasuki kehidupan sosial. Dari lahir
hingga pertengahan umur dua puluhan tahun. Periode tersebut waktu untuk belajar
tentang pemakaian uang.
Fase kedua, masa muda adalah waktunya berfokus mencari uang dengan
pekerjaan.
Sedangkan fase ketiga, masa dewasa adalah waktunya berfokus
mencari pendapatan dari bisnis. Jika sekarang ini marak pendapat motivasi bahwa
memulai bisnis di usia muda, katakanlah sejak lulus sarjana sekitar 22 tahun
keatas, sehingga rentang usia yang kita miliki cukup panjang jika terjadi jatuh
bangun dalam proses merintis usaha.
Seon Yong di dalam buku ini
menempatkan masa dewasa seseorang dalam rentang usia empat puluh tahun hingga
enam puluh tahun. Karena di periode ini kita mulai melangkahkan kaki untuk
pertama kali ke dunia bisnis dengan menggunakan prinsip dasar yang didapatkan
ketika bekerja. Pada tahapan ini kita sudah menguasai pembelajaran kita tentang
penggunaan uang dan pendapatan dari bekerja.
Barulah pada fase keempat, masa tua
adalah waktunya untuk fokus kepada pendapatan dari modal. Masa ini dimulai dari
akhir umur enam puluh tahun sampai ajal datang menanti.
Selain itu, appa Seon Yong
juga menyebutkan bahwa keberhasilan pencapaian finansial mereka tidak lepas
dari peran istrinya alias Ibu. Bahkan dia mengakui, Ibu memiliki pengetahuan
ekonomi yang lebih baik sejak usia muda, ketimbang dirinya.
Sosok ibu digambarkan sebagai wanita
muda yang telah memahami nilai uang sejak muda. Misalkan lebih memilih emas untuk
mahar pernikahan, dimana emas tersebut menjadi salah satu pilihan investasi,
dan mengatur keuangan rumah tangga
secara hemat.
Buku setebal lebih dari 280 halaman ini menurutku memberi ‘warna berbeda’ untuk literasi finansial. Yaitu, gaya tulisan naratif bak membaca surat dari Ayah tentang nasehat tentang pengetahuan ekonomi.
Sedikit bocoran
Daftar Isi buku Nak, Belajarlah Soal Uang terdiri dari 5 bab:
Pendahuluan: Mengapa Kita Harus Belajar Soal Uang
1. Tingkatkan Kekayaan: Ketahui Rasa Uang untuk Meraih Kekayaan
2. Strategi: Uang Terkumpul, Uang Terpakai, Uang Disimpan
3. Investasi: Teknik Mengumpulkan dan Menggulungnya
4. Kehidupan: Kekayaan Ada Pada Pikiran
5. Pelajaran Tentang Uang: Empat Cara Memiliki Mata yang Bisa
Melihat Uang
Penutup: Kemiskinan Itu Memalukan
Surat Dari Anak: Kulihat Dunia dengan Pelita Ayahku
(*)
No comments:
Post a Comment